genberita.com – Pada KTT BRICS di Rio de Janeiro Juli 2025, terlihat bahwa blok ini bukan lagi cuma soal ekonomi—namun makin kental dengan geopolitik. Dengan semakin beragamnya anggota (termasuk Indonesia dan Iran), BRICS semakin fokus pada isu global, reformasi institusi internasional, dan perimbangan kekuatan Barat. Artikel ini mengeksplorasi kenapa BRICS makin bercorak geopolitik, apa tantangan internalnya, serta implikasi bagi Indonesia dan peta global.
Dari Ekonomi Murni ke Agenda Geopolitik
BRICS awalnya dikenal sebagai kekuatan ekonomi emerging—Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan—yang mendukung koordinasi perdagangan dan reformasi lembaga keuangan seperti IMF & Bank Dunia.
Namun pertemuan Rio tahun ini menunjukkan pergeseran signifikan: fokus pada konflik global seperti Gaza, serangan terhadap Iran, dan perlawanan terhadap proteksionisme AS.
Meski masih bicara ekonomi dan mata uang lokal, keputusan tegas soal perang, sanksi, serta seruan reformasi HAM global semakin menegaskan BRICS kini jadi forum geopolitik aktor global South.
Dinamika Internal dan Tensi Ideologis
Ekspansi cepat ke negara seperti Iran, Indonesia, dan UEA menciptakan kompleksitas baru di dalam BRICS .
Absennya tokoh besar seperti Xi Jinping dan Putin di Rio memperlihatkan keretakan internal: ideologi dan agenda tiap negara belum sinkron.
Perbedaan antara negara demokrasi (India, Brasil) dan autokrasi (Tiongkok, Rusia, Iran) membuat keputusan geopolitik—misalnya reformasi PBB atau sikap terhadap konflik global—sering sulit mencapai kata sepakat efektif.
Isu Global yang Jadi Agenda Utama
Di Rio, isu seperti perang di Gaza, serangan Israel ke Iran, dan ketegangan Timur Tengah mendominasi diskusi .
BRICS juga secara resmi mengecam langkah proteksionisme Amerika, termasuk rencana tarif tambahan dari Trump, yang dinilai mengancam kestabilan perdagangan global.
Ada pula pembicaraan soal de-dollarization—penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan intra-blok, serta pengembangan sistem pembayaran seperti BRICS Pay.
De-dollarization dan Infrastruktur Finansial Alternatif
Usaha menurunkan dominasi dolar ditandai dengan perjanjian bilateral dalam mata uang sendiri—rupee-ruble, yuan-real, dll.
BRICS Pay menjadi solusi pembayaran digital alternatif, meski belum menggantikan SWIFT, tapi menjadi bukti bahwa blok ini mulai bangun sistem keuangan mandiri.
Meski begitu, ketergantungan terhadap lembaga global masih ada—hingga kini, New Development Bank dan struktur keuangan BRICS belum sekuat IMF/Bank Dunia.
Tantangan Koherensi Strategis
Perbedaan prioritas antara negara anggota kini makin terlihat. Prioritas Brazil vs China, India vs Rusia, serta peran baru Indonesia sebagai penjaga non-alignmen muncul sebagai dinamika krusial.
Ekspan BRICS+ menimbulkan kekhawatiran bahwa blok ini kehilangan fokus utama—sementara kekayaan sumber daya dan kekuatan energi (Iran, Saudi Arabia, UAE) tampak dorong logika geopolitik.
Dari sisi ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur New Development Bank masih tertinggal dibanding tantangan politik seperti fragmentation dan sanksi global.
Implikasi Bagi Indonesia
Sebagai negara ASEAN pertama yang bergabung BRICS, Indonesia dapat memanfaatkan akses ke NDB untuk pendanaan proyek nasional seperti IKN dan transisi energi.
Tapi Jakarta juga perlu cermat menjaga keseimbangan geopolitik—terutama bila BRICS makin vokal soal Israel, Iran, atau potensi dukungan terhadap Rusia di isu Ukraina.
Indonesia punya peluang untuk jadi jembatan dialog global South, menggabungkan peran fungsional ekonomi dan posisi diplomatik non-aligned yang cermat.
Peluang dan Risiko di Masa Depan
Jika bisa sinergi antara ekonomi dan geopolitik, BRICS dapat memperkuat peran Global South dalam urusan global. Namun tanpa konsistensi, justru krisis internal bisa melemahkannya .
Kemampuan memimpin inisiatif seperti digital currency, reformasi PBB, dan kerjasama regional akan menentukan apakah BRICS bisa benar-benar jadi alternatif global.
Negara-negara anggota perlu tingkatkan tata kelola dan transparansi dalam mengintegrasikan ekonomi dan strategi geopolitik mereka demi membentuk kekuatan global yang kredibel dan efektif.
Transformasi BRICS jadi lebih bercorak geopolitik daripada hanya ekonomi jelas terlihat lewat agenda Rio Summit 2025. Economia tetap penting, tapi isu politik global, konflik, dan reformasi global institutions semakin dominan. Kesatuan dan eksekusi strategi blok ini jadi kunci keberlanjutan pengaruhnya.