genberita.com – Industri baja nasional makin percaya diri dan menunjukkan kematangan teknis. Kini, produk nasional mampu memenuhi kebutuhan kapal perang hingga platform migas lepas pantai. Badan usaha seperti Krakatau Posco dan PT Krakatau Steel bekerjasama dengan galangan kapal seperti PT PAL mendukung kedaulatan maritim. Teknologi modern juga mendukung efisiensi di sektor energi. Berikut penjelasan lengkapnya.
Peran Krakatau Posco dalam Marine Grade Steel
Krakatau Posco memproduksi marine grade steel—baja khusus untuk struktur kapal dan offshore—menggunakan teknologi dari Posco Korea dengan fasilitas TMCP (Thermomechanical Controlled Processing) dan pelapisan, menjamin ketahanan terhadap korosi dan beban dinamis laut.
Produk ini digunakan dalam proyek kapal perang oleh PT PAL, seperti fitur hull kapal frigate combatant, serta kapal logistik SEJAHTERA 35. Baja ini juga diekspor untuk kapal tanker 115.000 DWT di Hyundai Vietnam.
Selain itu, baja offshore dipakai dalam konstruksi platform migas seperti Petronas Bukit Tua Phase II, MEDCO Natuna West Belut, dan Pertamina Hulu Mahakam Manpatu. Spesifikasinya antara lain API 2W Grade 50 dan EN S355MLO.
Krakatau Posco juga mendukung proyek CCS/CCUS—penyimpanan karbon bawah laut—memenuhi syarat kekuatan dan ketangguhan pada suhu rendah. Ini tunjukkan kontribusi strategis ke energi bersih.
Sinergi PT PAL & Kedalaman Kapal Perang Buatan RI
PT PAL menjalin kerja sama dengan PT Krakatau Steel untuk pasokan baja—khususnya untuk kapal perang dan sipil.
Sejak 2015, PT PAL terus升级 kapasitas produksi: waktu docking turun dari 22 jadi 8 bulan, dan lini produksi berkembang mencakup frigate, kapal selam nirawak, bahkan rencana kapal induk.
Proyek kapal perang yang memakai baja lokal contohnya:
-
KRI Raden Eddy Martadinata-331 (frigate)
-
KRI Banda Aceh-593
-
OPV kelas Raja Haji Fisabilillah—dimulai agregasi baja lokal dan mulai fitting out sejak September 2024.
Ekspor pertahanan juga berjalan: kapal LPD kelas Makassar untuk Filipina dan UAE. PT PAL terus perluas kolaborasi galangan dalam negeri untuk dukung Multiyard 4.0. Ini mendukung proyeksi kebutuhan hingga 610 kapal utama dan 20.000 kapal perikanan dari sekarang hingga 2045.
Baja Nasional & Dukungan untuk Proyek Migas
Industri baja nasional juga menunjang sektor migas, khususnya hulu dan offshore.
Contohnya, PT Patra Drilling Contractor menjalankan fabrikasi baja bersertifikasi ASME/DNV/API untuk rig dan fasilitas proyek ExxonMobil di Cepu serta mendukung operasi SKK Migas sejak 2023.
IISIA dan IAFMI menyusun Neraca Komoditas untuk sinkron kebutuhan kontraktor dan produsen baja lokal, sehingga impor bisa dikurangi tanpa hambatan spesifikasi.
Galangan kapal nasional pun didorong ikut mendukung migas, sejalan asas cabotage yang mewajibkan penggunaan kapal berbendera RI.
Kinerja & Kapasitas Industri Baja Nasional
Produksi baja domestik terus meroket. Indonesia jadi peringkat 5 dunia tahun 2023 dengan 16,85 juta ton crude steel—target naik ke 27 juta ton pada 2029.
Krakatau Steel sebagai satu-satunya integrated plant di RI, dengan enam kaki pabrik, memproduksi billet, slab, hot rolled coil/plate, dan cold rolled sheet untuk kebutuhan kapal, pipa, konstruksi, dan otomotif.
Ekosistem kini mendukung hilirisasi dan inovasi: sandwich panel untuk IKN, pengurangan impor dari China, dan dukungan proyek besar seperti IKN dan CCS.
antangan & Langkah Strategis ke Depan
A. Rantai Pasok & Spesifikasi
Menyinkronkan standar industri migas dan kapal dengan produsen lokal butuh data real-time—neraca komoditas bisa jadi solusi iisia.or.id.
B. Kolaborasi Multiyard & Transfer Teknologi
Multiyard 4.0 melibatkan galangan utama seperti PT PAL, PT Daya Radar Utama, PT Noahtu, PT Batamec, dan galangan regional, untuk tingkatkan kapasitas dan sharing teknologi.
C. SDM, Sertifikasi & R&D
Kolaborasi riset antara perusahaan dan perguruan tinggi didorong. Komitmen pembiayaan riset hilir di BUMN dan perguruan tinggi mendukung inovasi.
D. Kebijakan & Proteksi
Pemerintah perlu jaga TKDN lewat regulasi, insentif, dan koordinasi antara Kemperin, SKK Migas, Kemenhan, dan Kemenhub untuk memastikan baja lokal dipakai maksimal.
Industri baja nasional kini mampu memenuhi kebutuhan kapal perang hingga platform migas, lewat sinergi Krakatau Posco & PT PAL. Ini wujud transformasi dari bahan baku ke sistem pertahanan dan energi mandiri. Tantangan masih ada soal rantai pasok, SDM, dan regulasi—but momentum sekarang adalah peluang besar untuk kedaulatan industri strategis RI.