genberita.com – Memasuki musim kemarau, petani di Batu, Jawa Timur, harus kreatif agar tanaman seperti kentang dan apel tetap sehat. Salah satu strategi yang banyak diandalkan adalah kolam air petani Batu Jatimβkolam sederhana dengan terpal yang diisi dari pompa air. Berfungsi sebagai cadangan irigasi harian, kolam ini jadi penyelamat hasil panenan meski air hujan mulai menipis.
Inovasi Kolam Sederhana & Teknologi Pompa
Petani kentang di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, membuat kolam kecil galian tanah yang dilapisi terpal. Setiap pagi, mereka mulai menyedot air dari sumber dekatβsumur atau mata airβdengan pompa air berdaya diesel atau listrik.
Meski kekurangan hujan sudah berlangsung sekitar dua minggu, kolam ini menyuplai air untuk penyiraman harianβbiasanya sekali hingga dua kali tergantung kebutuhan tanaman kentang yang cepat butuh kelembapan.
Kolam sederhana ini idealnya menampung cukup untuk menyiram lahan sekitar 200β400β―mΒ². Tanpa pompa, petani harus bergantian menggunakan ember dan tenaga manualβwaktu dan tenaga yang jauh lebih besar.
Teknologi pompa mulai dari diesel kecil hingga pompa listrik sederhana memudahkan pengambilan air langsung dari sumber, menaikkan cadangan air kolam, dan menurunkan ketergantungan pada air hujan.
Dampak Nyata ke Tanaman dan Pendapatan
Penyiraman teratur lewat kolam membantu menjaga kualitas kentang dan apel agar tidak layu atau quality loss. Petani melaporkan hasil panen lebih konsisten dibanding sebelumnya di masa kemarau. Salah satu petani, Masrifah, menyatakan “kolam dan pompa bikin hasil panen kentang tetap bagus” meski temperatur udara meningkat .
Pendapatan juga lebih stabil. Tanaman yang disiram optimal menghasilkan umbi berkualitas dan harga jual lebih tinggi. Tanaman apel juga mendapatkan keuntungan dari kelembapan berkala, sehingga tingkat simpan dan tingkat jual bisa lebih lama.
Seandainya tidak ada kolam, petani bisa kehilangan produksi hingga 30β50β―%, karena tanaman kentang sensitif terhadap fluktuasi air ketika awal pembentukan umbi.
Dukungan Infrastruktur & Program Pemerintah
Beberapa daerah seperti Kota Batu belum mengalami krisis air total, tapi ketersediaan air dari irigasi bergantung pada gunung mulai menyusut.Β Pemerintah daerah & Dinas Pertanian mendorong inovasi lokal seperti kolam dan sumur bor untuk menjamin keperluan air saat kemarau.
Program nasional seperti bantuan pompa air diesel/listrik dari Kementan dan Dinas Pertanian Jatim turut membantu petani. Mereka memberikan subsidi peralatan hingga petunjuk pemeliharaan untuk memperpanjang umur alat serta kolam.
Kesadaran kolektif juga meningkat. Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) kini bahu-membahu membuat dan merawat kolam bersama, membuat pengaturan irigasi lebih efisien, bahkan menerapkan pembagian air bergilir untuk tamu kolektif.
Tantangan dan Rekomendasi Untuk Skala Luas
Kolam air sederhana efektif, tapi hanya sebagian solusi. Tantangan nyata yang masih perlu diatasi:
-
Moderasi kualitas air dan sanitasi
Kolam terpal terbuka bisa terkontaminasi debu, kotoran, atau mikroba. Petani harus rutin membersihkan dan menutup kolam di malam hari. -
Biaya operasional pompa
Pompa diesel memerlukan BBM ~6 liter per penyiraman 400β―mΒ². Biaya bisa mencapai Rpβ―600 ribu per musim.Β Jadi penting mencari alternatif seperti pompa listrik tenaga surya. -
Skalabilitas antarkelompok
Kolam individu terbatas kapasitas. Bila dibuat kolam besar antarpetani, dapat menampung lebih banyak air sekaligus biaya dan perawatan bisa dibagi. -
Pengelolaan air berkelanjutan
Kolaborasi dengan pemerintah membuat sumur bor, embung, atau jaringan hidroponik lokal cerdas yang memanfaatkan mata air pegunungan secara aman.
Saat kemarau mendekat, inovasi seperti kolam air petani Batu Jatim membuktikan kekreatifan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan pertanian. Walau sederhana, kolam-terpal dan pompa air telah membantu kentang dan apel tetap optimal panen. Namun, dukungan lebih lanjut lewat infrastruktur dan subsidi teknologi tetap dibutuhkan agar solusi ini bisa menyeluruh dan berkelanjutan.